Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui susunan
tulang rawan dan tulang keras fetus tikus putih (Rattus sp.) berdasarkan
perbedaan penyerapan terhadap zat warna. Preparat whoulemount digunakan untuk
melihat preparat secara keseluruhan tanpa pengirisan. Metode ini biasa di
gunakan untuk specimen yang masih dalam tahap perkembangan (pada embrio/fetus
yeng berukuran kecil).
Tahap pertama adalah pembedahan, abdomen dibedah lalu
fetusnya di keluarkan. Fetus ini kemudian di fiksasi dengan alcohol 95% hingga
fetus melunak. Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan struktur fetus, menghindari
pembusukan oleh bakteri dan menudahkan pengabsorbsian zat warna. Fiksasi
dilakukan selama 1-4 hari.
Tahap selanjutnya adalah viscerasi yaitu pembuangan
organ dalam , kulit, dan jaringan lemak dengan pinset. Tujuan dari viscerasi
adalah untuk mempermudah penyerapanzat warna ke dalam tulang. Setelah di
viscerasi fetus dimasukkan ke dalam aseton selama + 24 jam untuk
melarutkan lemak yang masih menempel pada tulang.
Setelah itu, tahap selanjutnya adalah staining
(pewarnaan). Pewarna yang digunakan adalah pewarna ganda yaitu alcian blue dan
alizarin red S. Komposisi pewarna ini adalah alcian blue 0,3% dalam etanol 70%
(1 bagian), Alizarin red S 0,1 % dalam etanol 95% (1 bagian), asam asetat glacial
(1 bagian), dan etanol 70% (1 bagian). Penggunaan pewarna ganda ini karena tulang
fetus tersusun dari beberapa jenis tulang (tulang rawan dan tulang keras), masing-masing
akan memiliki afinitas yang berbeda dalam penyerapan zat warna sehingga akan
terlihat perbedaan jenis tulang tersebut. Kartilago (tulang rawan) akan
terwarnai oleh alcian blue yang merupakan zat warna basa yang akan memberikan
warna biru pada tulang, sedangkan alizarin red S bersifat asam yang akan
memberikan warna merah pada osteum (tulang kera). Mekanisme pewarnaan ini
terjadi karena muatan saling berikatan. Pada alizarin red S yang bersifat asam
akan melepaskan muatan positif, sedangkan ostium yang bersifat basa akan melepaskan
muatan negative sehingga osteum dapat mengikat zat warna dari alizarin red S
tersebut. Begitu juga pada pewarna alcian blue dengan kartilago. Kartilago yang
bersifat asam akan mengikat zat warna alcian blue yang bersifan basa. Asam
asetat glacial dalam pewarnaan ini berfungsi untuk mencegah pengerasan pada
jaringan dan membentu mempercepat penetrasi zat warna. Staining dilakukan
selama + 24 jam.
Tahap selanjutnya adalah washing (pencucian),
dilakukan dengan air yang mengalir beberapa kali hingga bersih. Air merupakan
senyawa polar sehingga akan menarik cairan yang terserap fetus serta akan
mengembalikan keadaan jaringan ke kondisi semula. Fungsi dari proses washing
adalah untuk membersihkan sisa-sisa zat warna.
Setelah selesai, tahap selanjutnya adalah clearing
(penjernihan) dengan KOH 1 % selama 1 hari hingga jaringan yang membungkus
tulang rangka (skeleton) menjadi transparan. Clearing yang dilakukan terlalu
lama dapat menyebabkan tulang hancur. Fetus selanjutnya disimpan dalam larutan
gliserin supaya lebih awet, sehingga fetus diadaptasikan secara berturut-turut
dalam larutan KOH 1 % : gliserin (3:1), kemudian larutan KOH 1% : gliserin
(1:1), kemudian larutan KOH 1% : gliserin (1:3). Masing-msing selama 1 jam.
Terakhir disimpan dalam gliserin 100%, lalu di amati perbedaan penyerapan
warnanya.
Pada preparat tulang keras berwarna merah, sedangkan tulang
rawan berwarna biru kehijauan. Tulang rawan terletak pada persambungan antara tulang-tulang
pendek ekstemitas ekor dan persendian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar